PT Midtou Aryacom Futures – Dikutip daria CNBC, Kamis (16/1/2025), Futures Brent naik $ 2,07 atau 2,59% menjadi $ 81,99 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat melonjak $ 2,47 atau 3,19% menjadi $ 79,97 per barel.
Data Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) menunjukkan bahwa stok minyak mentah Amerika Serikat pekan lalu turun ke level terendah sejak 2022 akibat peningkatan ekspor dan penurunan impor. Sementara itu, stok bensin dan distilat meningkat lebih dari yang diperkirakan.
Harga minyak mentah naik lebih dari 2% pada Rabu (15/1), didorong oleh penurunan besar dalam stok minyak mentah Amerika Serikat serta potensi gangguan pasokan akibat sanksi baru Amerika Serikat terhadap Rusia. Namun, kesepakatan gencatan senjata di Gaza membatasi kenaikan harga minyak lebih lanjut.
“Penurunan stok minyak mentah sebagian besar disebabkan oleh dinamika impor-ekspor,” ujar Bob Yawger, Direktur Futures Energi di Mizuho. Ia menambahkan bahwa banyak ekspor minyak mentah Amerika Serikat telah dipesan sebelum pengumuman sanksi.
Sanksi AS terhadap Rusia Dorong Kenaikan Harga
Badan Energi Internasional (IEA) dalam laporan bulanan pasar minyaknya menyatakan bahwa sanksi terbaru Amerika Serikat terhadap minyak Rusia berpotensi mengganggu pasokan dan distribusi minyak Rusia secara signifikan.
“Sanksi baru tampaknya mendukung kenaikan harga,” kata Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank.
“Kapal tanker yang membawa minyak mentah Rusia tampaknya kesulitan untuk menurunkan kargo mereka di berbagai wilayah, yang dapat menyebabkan ketatnya pasokan dalam jangka pendek,” tambahnya.
Gencatan Senjata Gaza Batasi Kenaikan Harga
Di sisi lain, kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk menghentikan pertempuran di Gaza dan pertukaran tahanan membatasi kenaikan harga minyak. Kesepakatan ini membuka peluang untuk mengakhiri perang 15 bulan yang telah mengguncang kawasan Timur Tengah.
Prediksi Permintaan Minyak Global
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memproyeksikan permintaan minyak global akan meningkat sebesar 1,43 juta barel per hari pada 2026, mempertahankan tingkat pertumbuhan serupa dengan 2025.
Prediksi ini menunjukkan keyakinan OPEC bahwa permintaan minyak akan terus meningkat dalam dua dekade mendatang, berbeda dengan pandangan IEA yang memperkirakan permintaan akan mencapai puncaknya pada dekade ini seiring peralihan dunia ke energi bersih.
Dolar Melemah, Minyak Mendapat Dukungan
Indeks dolar melemah setelah data Amerika Serikat menunjukkan kenaikan harga konsumen yang sedikit lebih tinggi dari perkiraan pada Desember, meningkatkan ekspektasi pemotongan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve.
Dolar yang lebih lemah mendukung harga minyak karena membuat komoditas ini lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya. Selain itu, suku bunga yang lebih rendah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak.
Sumber : cnbc indonesia
PT Midtou Aryacom Futures | Website Midtou Cabang Lampung
PT Midtou Aryacom Futures | News Product Midtou