Midtou – Melansir data Refinitiv, pada akhir perdagangan Jumat (2/8/2024) harga minyak mentah Brent ambruk 3,41% menuju $ 76,81. Begitu juga dengan harga minyak WTI anjlok 3,66% ke posisi $ 73,52.
Harga minyak minyak anjlok ke level terendah dalam dua bulan setelah data pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) melambat tajam.
Harga minyak global koreksi selama dua hari beruntun, menghapus penguatan yang sempat terjadi pada Rabu (31/7/2024) setelah pembunuhan seorang pemimpin Hamas di Iran meningkatkan ancaman konflik Timur Tengah yang lebih luas.
Penyusutan tajam harga minyak dalam sehari tersebut telah membuat koreksi lanjutan dalam sepekan, Brent ambruk 5,32%, sementara WTI sudah koreksi 4,71%. Dua acuan harga minyak global ini telah koreksi selama empat pekan beruntun dan saat ini berada di level terendah selama dua bulan terakhir.
Ambruknya harga minyak ditengarai ancaman resesi Amerika Serikat (AS) diikuti kekhawatiran pelaku pasar akan terjadi-nya hard landing lantaran The Fed dinilai lambat melakukan quantitative easing setelah keluar data pasar tenaga kerja yang melambat tajam.
BACA JUGA NEWS LAINNYA DI MIDTOU NEWS
Sebagaimana diketahui, setelah the Fed menahan suku bunga pada awal bulan ini meskipun sudah mulai ada nada dovish, data pasar tenaga kerja sehari setelahnya menunjukkan kinerja yang di luar ekspektasi.
Pada Kamis, klaim pengangguran naik signifikan ke 249.000, melampaui ekspektasi yang proyeksi hanya naik 1000 ke 236.000 klaim. Sehari setelahnya, kondisi pasar tenaga kerja yang melambat semakin dikonfirmasi dengan data pekerjaan tercatat di luar pertanian turun tajam ke 114.000, jauh dari estimasi pasar yang proyeksi turun dari 179.000 ke 175.000 pekerjaan.
Tingkat pengangguran Amerika Serikat pada Juli 2024 juga mengikuti dengan adanya kenaikan ke 4,3% dari sebelumnya 4,1%. Kondisi perlambatan tenaga kerja terjadi di tengah data manufaktur yang lemah. PMI Manufaktur AS menurut data ISM, selama empat bulan terakhir terus turun dan berada di zona kontraksi.
Di sisi lain, pelaku pasar juga memantau dengan cermat tanggapan Iran terhadap pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, yang terjadi setelah pembunuhan komandan utama Hizbullah dalam serangan udara di Beirut.
Sumber : cnbc indonesia